Jumat, 29 April 2011

BAGAIMANA GEREJA KRISTEN MENINGGALKAN AKAR IBRANINYA?

Banyak orang Kristen menyangka bahwa Yeshua -nama asli Yesus dalam bahasa Ibrani seperti yang diberikan oleh malaikat- mendirikan gereja Kristen seperti yang kita lihat sekarang ini. Sebenarnya dalam masa pelayanan-Nya Yeshua tidak pernah melihat gereja seperti yang kita lihat, Ia masuk dan keluar sinagoge yaitu rumah ibadat Yahudi. Yeshua mengabarkan Injil di sinagoge dengan membaca dan menjelaskan kitab Torah (=pengajaran) dan kitab nabi-nabi (ibr neviim) dan bukan memakai injil sinoptik. Murid-murid-Nya yang disebut rasul disebut penganut 'Jalan Tuhan', bukan Kristen dan mereka tidak pernah mengucapkan Duabelas Pengakuan Iman Rasuli (bentuk paling primitif muncul dalam dokumen Interrogatory of Hippolytus, 215M), tidak merayakan yang disebut Jumat Agung atau juga Paskah pakai telur hias dan perayaan 25 Desember bersama pohon hiasnya. Istilah Kristen (Yun christianoi) baru muncul ketika bangsa-bangsa non Yahudi (Ibr goyim) menjadi percaya di Antiokia (KR 11:26). Itupun julukan oleh orang Yunani sendiri, yang tidak akrab dengan istilah Ibrani Mashiakh sehingga menerjemahkannya dengan istilah Yunani Christos, yang kemudian melahirkan sebutan christianoi yang artinya umat Kristus. Orang Yahudi tidak akan menjuluki diri mereka atau orang lain dengan bahasa Yunani. Murid-murid Yeshua akan menamakan bangsa-bangsa yang percaya dengan sebutan yang sama seperti mereka, penganut Jalan atau Natzratim (KR 24:5).

Sebagai penganut jalan Tuhan dalam agama Yahudi, murid-murid Yeshua percaya bahwa keselamatan kekal didapat melalui iman kepada Mesias Yeshua. Sementara itu, para rabbi dalam agama yang sama mempercayai bahwa seluruh bangsa Israel akan mendapat bagian di olam haba, dunia yang akan datang karena mereka Israel (Mishnah Sanderin 10:1). Dibawah penjajahan Romawi yang agamawi, kepercayaan Yahudi mendapat status yang baik; sementara para atheis diancam hukuman mati karena dianggap melawan kaisar yang dianggap dewa itu. Para penganut Jalan Tuhan dipandang sebagai sekte agama Yahudi dan karena itu mereka juga mendapat status yang baik. Karena status tersebut didapat karena deal politik kelompok Farisi yang kuat, maka tidak heran bila ada tekanan yang kuat dari kelompok ini kepada orang percaya non Yahudi yang menjadi pengikut Jalan Tuhan untuk menjadi bagian masyarakat Yahudi yang lebih luas dengan cara menjadi Yahudi secara resmi (proselyte). Latar ini perlu dipahami oleh setiap orang yang mempelajari surat-surat rasuli. Paulus, seorang Farisi, tidak pernah menolak Torah; tetapi ia menolak keselamatan kekal dikesankan seolah-olah dapat diterima dengan menjadi Yahudi secara resmi (proselyte).

Jumat, 15 April 2011

Nama Mulia Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub

Setiap budaya mempunyai pemahaman tersendiri terhadap pemberian nama-nama orang. Ada yang memakai peristiwa saat kelahiran nama, atau bunyi-bunyi tertentu sebagai sebutan nama. Kitab Suci kita diturunkan kepada budaya Ibrani, karena itu kita perlu memahami arti nama dalam budaya Kitab Suci. Dalam budaya Kitab Suci, nama menunjukkan sesuatu yang bernilai seperti reputasi, karakter dan sifat pribadi yang bersangkutan. Pemberian nama dan penggantian nama dikaitkan dengan otoritas terhadap yang bersangkutan. Tuhan menunjukkan otoritas-Nya atas Abram dengan mengganti namanya menjadi Abraham (Kej 17:5) yang artinya 'bapak banyak bangsa'; Sarai menjadi Sarah, 'ibu banyak bangsa' (Kej 17:15); Yakub menjadi Israel (Kej 32:28);Simon menjadi Kefa (Mark 3:16).

Senin, 11 April 2011

Nama Tuhan

Ketika Tuhan menciptakan langit dan bumi Ia memakai Nama Elohim (sebutan umum yang berarti "Yang Kuat Yang Memimpin"). Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa dan Elohim memberi mereka pakaian dari kulit binatang untuk menutup aib dosa mereka, Ia memakai namaYHWH (yod-he-waw-he) yang dengan rasa hormat dilafalkan sebagai Yahweh (dipercaya sebagai bentuk pengucapan yang paling mendekati menurut pengetahuan saat ini). Dengan demikian, dari konteks Kitab Suci, Tuhan memakai Nama pribadi-Nya, YHWH, dalam hubungan dengan karya penebusan-Nya terhadap manusia dari akibat dosa mereka. Secara etimologis, YHWH berasal dari kata Ibrani hayah (Inggr. to be) seperti yang diungkapkan dalam Ehyeh Asher Ehyeh yang bagi pembaca Ibrani berarti "Aku akan ada yang Aku akan ada". Bagi orang Yahudi penyebutan nama YHWH dengan tidak sembarangan mencakup bukan saja ketepatan ejaan tetapi juga ketepatan lekuk intonasinya dalam bahasa Ibrani (yang tidak dimiliki pada masa kini), karena itu mereka dengan maksud menguduskan Nama-Nya dan menghindari kekeliruan, mereka menyebut Nama itu dengan HaShem.

HaShem menjawab seluruh kebutuhan manusia:
Yahweh Yireh - Adonai Melihat
Yahweh Rapha - Adonai Yang Menyembuhkan
Yahweh Shalom - Adonai Damai Sejahtera Kita
Yahweh Raah - Adonai Gembala Kita
Yahweh Tsidkenu - Adonai Kebenaran Kita
Yahweh Shammah - Adonai Hadir


Walaupun Tuhan menyatakan Nama Pribadi-Nya, Ia juga menyatakan diri-Nya dengan nama-nama (Ibr, shemot) lain seperti El Shaddai, El Elyon, El Gibor; juga Elohim (El dalam bentuk jamak dalam arti sifat-sifat-Nya), Eloah (bentuk tunggal dari Elohim) dan Adonai (Junjungan yang bersifat Ilahi). Nama-nama ini sah digunakan sehingga tidak perlu kefanatikan tertentu dalam penyebutan Nama Tuhan sepanjang tercantum dalam Naskah Asli Kitab Suci
(Sumber: SIDDUR/buku doa Shoresh Mesianic Fellowship)